Sabtu, 07 April 2012

Cita-cita si Pendaur ulang

  Aku tinggal disebuah daerah yang kumuh, banyak sampah - sampah berserakan dan bau asap dari hasil pembakaran sampah, tapi aku heran dengan semua penduduk disini yang tidak perduli dengan keadaan tersebut. Aku pun terbiasa melihat suasana seperti ini. Karena sebagian penduduk disini kerjanya adalah mencari sampah alias pemulung.

"Bagass.... cepeettt tolong aku" kata Adi membuyarkan lamunanku.

"Ada apa sih? mengejutkan aku saja. Memangnya kamu enggak bisa ngerjain sendiri??"jawab ku sewot.

"Ya ampuun... enggak segitu sewotnya kaliii, coba kamu lihat tuh diatas pohon ada layangan nyangkut, lumayan kan kita bisa jual lagi ke anak - anak lain. Soalnya aku lihat harga layangan itu sekarang.mahal" jawab Adi antusias.

"Tunggu.. aku ambil galah dulu ya" jawab ku akhirnya mengalah.

   Adi adalah teman sepermainanku sejak kecil, kami selalu bersama - sama kemana pun kami pergi. Kadang dia menyebalkan sih, tapi sebenarnya dia baik dan punya rasa solidaritas yang tinggi. Walau kami tinggal di daerah yang kumuh, tapi kami mempunyai cita - cita yang tinggi. Kami ingin agar daerah yang kami tempati ini bisa lebih baik.

*****
.  Keesokan harinya, sepulang kami dari sekolah, kami berniat menjual layangan yang kemarin kami ambil dari atas pohon.Hasilnya akan kami tabung, untuk keperluan sekolah kami. Guna membantu orang tua kami. 

"Waahh.. lumayan nih Gas, kalau setiap hari kita bisa menejual hasil temuan kita, akan cepet kaya kita Gas, hahhaa..." canda Adi disela - sela perjalanan kami menuju ke rumah.

"Iyaa... kita bisa kuliah ke luar negeri...hahhaa" jawab ku membalas candaan Adi.

  Kami pun tertawa bersama. Siang ini cuaca sangat cerah, membuat kami tambah semangat untuk mencari lagi bahan - bahan untuk membuat layangan, tentunya dengan cara mendaur ulang kertas - kertas yang sudah tidak terpakai.

  Seperti biasa, setiap kami pulang sekolah, kami mencari bahan - bahan itu di tempat pembuangan sampah dekat rumah kami. Tapi sayangnya,setelah di cari - cari bahan itu tidak ada,,yang kami temukan hanyalah botol - botol bekas.

"Bagas..gimana nih bahannya gak ketemu...!! teriak Adi

"Gimana ya....nah! aku punya ide,gimana kalau botol-botol ini kita bikin yang lain aja?..sesuatu yang beda yang bisa kita jual dengan harga yang lebih tinggi.." jawab ku antusias

"Waahh... ide mu oke juga, ya sudah lanjut lagi yuukk"

                                                                           ****
  Akhir - akhir ini banyak warga yang terserang penyakit DBD (nyamuk demam berdarah) dan diare karena terlalu banyak nya sampah yang tidak dimanfaatkan oleh warga sekitar.Tak ku sangka temanku Adi ternyata terserang penyakit itu juga,orang tua Adi tak sanggup untuk membayar biaya rumah sakit, jadi Adi hanya dirawat dirumahnya.Aku tak bisa tinggal diam,aku harus membantunya.

  Aku bergegas pergi ke tempat sampah untuk mencari bahan - bahan daur ulang,dan ku rakit bahan itu menjadi barang yang bermanfaat dan bernilai tinggi lalu ku jual, hasilnya lumayan untuk membantu Adi.

   Aku pun menghimbau kepada warga sekitar untuk membuat program daur ulang dari sampah - sampah yang ada di pemukiman ini. Tetapi ide ku itu tidak di hiraukan oleh mereka, mereka menganggap ku masih terlalu kecil untuk ikut campur dalam masalah ini.Tapi aku tetap berjuang, mengubah sampah - sampah itu menjadi sesuatu yang bermanfaat dan bernilai tinggi.

   Melihat kerja keras ku,warga sekitar pun sadar dan mereka mau membantuku. Tidak hanya mendaur ulang sampah - sampah itu, tetapi mereka juga bergotong - royong membersihkan saluran air,menanam sejuta pohon, mengurangi aktivitas pembakaran sampah, tidak membuang sampah di sungai,dan sebagainya.Warga pun kompak untuk membangun toko barang dari hasil daur ulang,dan hasilnya barang itu sangat laku di pasaran bahkan sampai di ekspor ke luar negeri seperti China,Malaysia,Thailand,Hongkong,Filiphina,Arab Saudi,dan lain-lain.

  Aku senang melihat daerah ini menjadi daerah yang indah dan menghasilkan sesuatu yang berguna untuk semuanya,dan kini temanku Adi sudah sehat.

"Bagas..aku kagum sama kamu..berkat perjuanganmu,cita-cita kita untuk mengubah daerah ini tercapai,terimakasih ya Gas." kata Adi kagum

"Bukan karena aku Di..berkat perjuangan kita,dan kemauan warga sekitar.." jawabku tersenyum

" Ayo kita janji, kelak dewasa nanti, kita ubah kota ini menjadi kota dambaan kita semua,dan terhindar dari dampak rumah kaca." Kata Adi kepada Bagas

"Ya aku janji..kelak dewasa kita bangun negeri ini menjadi negeri yang maju." janji Bagas

  Dan akhirnya daerah ini menjadi daerah yang asri,indah,dan maju, maka dari itu,daerah ini mendapat predikat dari Gubernur DKI Jakarta sebagai daerah terindah di kota DKI Jakarta, aku dan Adi pun mendapatkan beasiswa atas partisipasi kami dalam rangka mengubah pemukiman ini.Aku dan Adi senang karena cita-cita kita telah tercapai.


Kamis, 05 April 2012

Memecahkan Kasus Misteri

      Rumah angker..ya..itulah sebutan untuk rumah pak Asep yang berada di tengah pedesaan di desa Sekarjati.Rumah itu disebut angker karena setiap malam tepat pukul 24.00 WIB, suara dari belakang rumah nya sangat aneh dan sungguh gaduh,karena rumah tersebut sangat luas dan pak Asep hanya tinggal berdua dengan istrinya yang bernama Siti Azizah yang di sapa akrab dengan sebutan mpok Dijah menambah suasana menjadi misterius.Mereka berdua selalu terganggu tidurnya karena suara aneh tersebut.Suara itu bukan hanya mereka yang mendengar tetapi tetangga nya pun ikut terganggu akan hadirnya suara itu.

     Disaat semuanya terlelap dalam hening nya malam,suara aneh itu datang lagi dari arah belakang rumah pak Asep ,,suara seperti suara gaduh yang sangat aneh didengar,disaat malam itu pak Asep juga istrinya sangat gelisah dan ketakutan,akhirnya besok mereka memutuskan untuk menjual rumah itu dengan harga cukup murah dan mereka pindah dari rumah yang menyeramakan itu.

     Tak lama kemudian ada sepasang pengantin baru sedang mencari rumah, pak Endang dan Bu Dian merekalah yang akan membeli rumah angker itu,,beberapa bisikan tetangga terdengar oleh mereka yang menyebutkan bahwa rumah itu sangat angker,tapi tak dihiraukan oleh mereka.Barang-barang mereka mulai di tempat kan di sudut rumah itu,dan di atur serapi mungkin.

     Malam pertama,mereka terkejut dan terbangun karena terganggu oleh suara aneh itu,,dan malam berikutnya juga mereka selalu terusik oleh suara aneh itu yang entah tau suara apa itu.Belum genap satu bulan mereka tinggal di rumah itu mereka pun akirnya mengambil keputusan sama dengan penghuni rumah sebelumnya yaitu pindah dari rumah angker itu.

    Sudah lama rumah itu kosong,akhirnya setelah 2 tahun rumah itu ada yang ingin membelinya,sebuah keluarga kecil yang terdiri dari 4 anggota keluarga.Sakinah dan Marwah itulah anak dari Pak Rahmat dan Bu Annisa.Barang-barang nya mulai di tata rapi di dalam rumah angker itu.Pak Rahmat dan juga keluarganya sudah tau kondisi di dalam rumah baru nya itu,dia hanya ingin mengungkapakan misteri yang ada di dalam rumah itu.

     Malam pun datang,dua anak nya sudah tertidur lelap,tepat pada pukul 12 malam Pak Rahmat dan istrinya terbangun mendengar suara aneh itu inilah masalah yang ingin di pecahkan oleh mereka berdua.Awalnya mereka takut karena takut terjadi apa-apa,lalu mereka memberanikan diri untuk menerima resiko nya.Mereka menjelajahi sudut demi sudut ruangan dirumahnya, mencari arah datang nya suara aneh itu,setelah di telusuri ternyata sumber suara itu ada di dalam toliet tepat di belakang halaman rumah nya,akhirnya pak Rahmat memutuskan untuk memanggil tukang gali esok hari.
  
      Setelah keesokan harinya,tukang gali itu datang untuk menggali sumber suara itu ternyata adalah sebuah tempat pembuangan kotoran (spiteng) yang pada awalnya dipelihara benih lele oleh si pemilik rumah pertama. Yang akhirnya ikan lele itu berkembang biak beranak- pinak yang ukurannya sangat besar-besar.Ternyata itulah sumber suara yang selama ini menimbulkan ketakutan si penghuni rumah itu.

     Misteri di dalam rumah itu akhirnya terpecahkan dan Pak Rahmat dan Bu Annisa sangat beruntung,dan menjadi orang terkaya di desa itu karena hasil dari penjualan lele tersebut,walau mereka sudah menjadi orang kaya tetapi mereka tidak sombong dan selalu membantu tetangga di sekitarnya bila ada kesulitan.Akhirnya desa itu menjadi tentram dan damai,tidak ada lagi kisah misterius di desa itu...





                                                   The End...